Haditsini diriwayatkan oleh Thabrani (w. 360 H) dalam kitab Al-Mu'jam Al-Shaghir (2: 149, hadits no. 940). Hadits ini merupakan hadits gharib. Dalam sanadnya terdapat Al-Hakam yang tidak ada orang yang meriwayatkan darinya kecuali Ismail bin Muslim, dan tidak ada yang meriwayatkan dari Ismail bin Muslim kecuali Hammam. Hadits Maudhu’ atau hadits palsu menurut sebagian ulama merupakan salah satu jenis dari sekian jenis hadits dha’if. Jenis hadits sangatlah banyak. Kajian Pengertian Hadits Maudhu / hadits palsu, kedudukannya, hukum meriwayatkan, hukum mengamalkan hadits maudhu, sejarah hadits maudhu, faktor pendorong munculnya hadits maudhu, cara mengetahui hadits maudhu, dan contoh hadits maudhu. Menurut Imam Ibnu Hibban ada 49 jenis. Sebagian ulama tidak mengkategorikan hadits maudhu’ sebagai bagian dari hadits dha’if. Ulama yang masih mengkategorikan hadits maudhu’ sebagai hadits dha’if menyebutnya sebagai hadits dha’if yang paling buruk. Tulisan berikut ini akan mengulas secara singkat tentang pengertian hadits maudhu’, sejarah kemunculannya, sebab yang mendorong kemunculannya, hukum meriwayatkan dan mengamalkannya serta contoh-contohnya yang populer di negeri kita. Pengertian Hadits Maudhu atau Hadits PalsuPengertian hadits maudhu’ di tinjau dari segi bahasa dan istilah adalah sebagai berikut Arti Maudhu’ secara Bahasa الموضوع – al-maudhu’ – Secara bahasa adalah isim maf’ul dari وَضَـعَ يَضَـع yang memiliki beberapa arti, di antaranya الإسقاط – Menggugurkan atau membatalkanmisalnya وضع الجناية عنه Menggugurkan tindak kejahatan dari dirinya.’ الاختلاق والافتراء – mengada-ada atau merekayasa dan memalsukan, membuat-buat, mereka-rekaMisalnya, وضع فلان القصة Si Fulan telah membuat cerita palsu atau mereka-reka cerita.’[i] Pengertian Hadits Maudhu Secara Istilah Dalam tinjauan istilah ilmu hadits yang dimaksud dengan hadits maudhu’ adalah suatu kedustaan dan kepalsuan yang disandarkan kepada Rasulullah ﷺ yang tidak pernah dikatakan atau ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ.[ii] Kedudukan Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Hadits maudhu’ merupakan hadits dha’if yang paling rendah dan paling buruk. Sebagian ulama malah mengangapnya terpisah, bukan bagian dari jenis-jenis hadits dha’if.[iii] Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadits Maudhu / Hadits PalsuHukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Para ulama sepakat bahwa hadits maudhu’ tidak boleh diriwayatkan bagi orang yang sudah mengetahui keadaannya atau statusnya kecuali jika disertai penjelasan mengenai statusnya sebagai hadits maudhu’. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim Rasulullah ﷺ bersabda, مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ “Siapa yang menyampaikan suatu hadits dari padahal telah diketahui hadits itu dusta maka dia termasuk salah seorang pendusta.” [Hadits riwayat Muslim di dalam Mukadimah kitab Shahihnya] Hukum Mengamalkan Hadits Maudhu / Hadits Palsu Syaikh Khalid Abdul Mun’im ar-Rifa’i mengatakan, “Tidak boleh beramal dengan hadits maudhu’ secara mutlak. Demikian pula dengan menceritakan hadits maudhu’. Kecuali dalam rangka untuk memperingatkan dari kepalsuan hadits tersebut dan menjelaskan keadaannya. Hal ini berbeda dengan hadits dha’if yang tidak sampai ke tingkat maudhu’. Menurut sebagian dari ahli ilmu tetap diperbolehkan beramal dengan hadits dha’if dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh para ulama.[iv] Baca juga Hadits Matruk dan Contohnya Sejarah Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Sejarah Faktor Munculnya Hadits Maudhu Hadits Palsu Pada abad kedua Hijriah, perkembangan ilmu pengetahuan Islam pesat sekali dan telah melahirkan para imam mujtahid di berbagai bidang. Di antaranya di bidang fikih dan ilmu kalam. Pada dasarnya para imam mujtahid tersebut meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda pendapat, mereka saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing. Akan tetapi, para pengikut masing-masing imam terutama setelah memasuki abad ke-3 hijriah berkeyakinan bahwa pendapat imamnyalah yang benar. Bahkan hal tersebut sampai menimbulkan bentrokan pendapat yang semakin meruncing. Di antara pengikut madzhab yang sangat fanatik akhirnya menciptakan hadits-hadts palsu dalam rangka mendukung madzhabnya dan menjatuhkan madzhab lawannya. Di antara madzhab ilmu kalam, khususnya mu’tazilah, sangat memusuhi ulama hadits sehingga terdorong untuk menciptakan hadit-hadits palsu dalam rangka memaksakan pendapat mereka. Hal ini terutama setelah Khalifah Al-Makmun berkuasa dan mendukung golongan Mu’tazilah. Perbedaan pendapat mengenai kemakhlukan al-Quran menyebabkan Imam Ahmad bin Hanbal seorang tokoh ulama hadits, terpaksa dipenjarakan dan disiksa. Penciptaan hadits-hadits palsu tidak hanya dilakukan oleh mereka yang fanatik madzhab, tetapi momentum pertentangan madzhab tersebut juga dimanfaatkan oleh kaum zindik yang sangat memusuhi Islam, untuk merusak ajaran Islam dan menyesatkan kaum Msulimin. Kegiatan pemalsuan hadits ini semakin disemarakkan oleh para pembuat kisah yang dalam rangka menarik para pendengarnya juga melakukan pemalsuan hadits.[v] Baca juga Hadits Mutawatir dan Contohnya Faktor Pendorong Munculnya Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Ada banyak faktor yang memotivasi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk membuat hadits palsu. Di antara faktor-faktor pendorong tersebut adalah sebagai berikut Pertikaian antar dan serangan terhadap agama bercerita dan memberikan nasehat dan Mengingatkan manusia memberikan tadzkirahSebagai mata pencaharian dan mencari terhadap ras, kabilah, bahasa dan tanah diri kepada para penguasa dan pribadi atau bertujuan untuk melakukan pembalasan terhadap seseorang atau kelompok popularitas dan berbeda dari yang lain.[vi]Cara Mengetahui Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Cara Mengetahui Hadits Maudhu Hadits Hadits maudhu’ atau hadits palsu dapat diketahui melalui sejumlah cara berikut ini Pengakuan si pembuat hadits maudhu’ / hadits pengakuan Abu Ishmah bi Abi Maryam bahwa dia telah membuat hadits-hadits maudhu’ / hadits palsu mengenai keutamaan surat-surat al-Quran dari Ibnu Abbas. Diperoleh dari runutan jika ia menceritakan suatu hadits dari syaikhnya. Setelah ditanya kelahirannya, ternyata diketahui bahwa syaikhnya itu meninggal sebelum sang rawi lahir. Ditambah lagi bahwa hadits tersebut tidak dikenal kecuali melalui dirinya. Melalui indikasi sang jika sang perawi adalah seorang Syiah rafidhah, sementara haditsnya berkaitan dengan keutamaan ahlul bait. Melalui indikasi pada matan haditsnya memiliki lafazh-lafazh yang janggal atau bertentangan dengan panca indera atau bertentangan dengan nash-nash yang sharih terang dalam al-Quran.[vii] Baca juga Pengertian Hadits Masyhur Contoh Hadits Maudhu’ dan Artinya Contoh Hadits Maudhu Hadits Palsu Berikut ini beberapa contoh dari hadits maudhu’ yang sering kita dapati di negeri kita. Kami mengambil contoh-contoh ini sebagian besar dari Buku Silsilah Hadits Dh’aif dan Maudhu’ Karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, salah seorang ahli hadits terkemuka abad 20 dan dari beberapa sumber lainnya. 1. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Jihad رجعنا من الجهاد الأصغر، إلى الجهاد الأكبر Roja’na min jihadil ashghor ila jihadil akbar “Kita telah pulang dari jihad ashghor yang paling kecil menuju kepada jihad akbar yang paling besar.” Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “ini adalah ucapan Ibrahim bin Ablah seorang Tabi’in dan bukan hadits.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam Al-Fatawa juz 11 halaman 197 mengatakan, “Adapun hadits yang diriwayatkan oleh sebagian dari mereka bahwa Nabi ﷺ bersabda dalam peran Tabuk رجعنا من الجهاد الأصغر، إلى الجهاد الأكبر “Kita telah pulang dari jihad ashghor yang paling kecil menuju kepada jihad akbar yang paling besar.” ini tidak ada sumbernya. Tidak seorang pun yang memiliki pengetahuan ma’rifah memandangnya sebagai sabda Nabi ﷺ dan perbuatannya.”[viii] 2. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Mencari Rezeki إنَّ اللهَ يحبُّ أن يرى عبدَه تعبًا في طلبِ الحلالِ Inalloha yuhibbu an yaro abdahu ta’iban fi tholabil halal “Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya yang lelah dalam mencari rezeki yang halal.” Riwayat hadits tersebut maudhu’. Al-Hafizh al-Iraqi mengatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sahl Al-Aththar. Ad-Daruquthni menyatakan bahwa al-Aththar adalah pemalsu hadits. [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no 10. hal 41] 3. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Cinta Tanah Air حب الوطن من الإيمان Hubbul wathon minal iman “Mencintai tanah air sebagian dari iman.” Dinyatakan oleh Ash-Shaghani bahwa hadits ini maudhu’. Disamping itu maknanya tidak benar. Sebab mencintai tanah air sama dengan mencintai jiwa raga dan harta benda. Itu adalah hal yang naluriah bagi setiap insan dan tidak perlu diagung-agungkan. Apalagi dikatakan termasuk sebagian dari iman. Kita dapat melihat bahwa rasa cinta tanah air ini tidak ada bedanya antara orang mukmin dengan orang kafir. [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no 36. hal 56] 4. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Ikhtilaf Ummat Hadits ikhtilaf ummat merupakan salah satu hadits palsu yang sangat populer. اختلاف أمتي رحمة Ikhtilafu ummati rahmah. “Perselisihan ikhtilaf di antara umatku adalah rahmat.” Hadits ini tidak ada sumbernya. Imam As-Subki mengatakan, “Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan para pakar hadits dan saya pun tidak menjumpai sanadnya yang shahih, dha’if ataupun maudhu’ Ibnu Hazm dalam kitab Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam V/64 menyatakan, “Ini bukan hadits.” [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no. 57. hal 68-69] 5. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Mengenal Diri Sendiri مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu “Barang siapa mengenal dirinya, berarti ia telah mengenal Tuhannya.” Hadits ini tidak ada sumbernya menurut Imam Nawawi. Ibnu Taimiyah menyatakan ini hadits maudhu’. [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no. 66, hal. 78] 6. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Tafakkur Hadits tentang tafakkur ini, kadang disampaikan dalam khutbah tentang keutamaan tafakkur tanpa penjelasan status haditsnya oleh para khatib. Padahal hadits tentang tafakkur ini merupakan salah satu contoh hadits maudhu atau hadits palsu. فكرة ساعة خير من عبادة ستين سنة Fikroh sa’ah khoirun min ibadati sittiina sanah. “Berfikir sesaat lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.” Hadits ini maudhu’. Diriwayatkan oleh Ibnul jauzi dalam kitab al-Maudhu’at dengan sanad dari Utsman bin Abdullah al-Qurasyi dari ishaq bin Najih al-Multhi, dari atha’ Al-Khurasani dari Abu Hurairah. Ibnul Jauzi berkata, “Utsman dan gurunya adalah pendusta.” [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no. 173, hal. 157] 7. Hadits Maudhu / Hadits Palsu Tentang Terong – عن أنس قال قال النبي صلى الله عليه وآله كُلوا الباذنجان وأكثروا منها؛ فإنها أول شجرة آمنتْ بالله عز وجل. الدرجة موضوع Dari Anas Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda Makanlah terong dan perbanyaklah memakan darinya, sebab terong adalah pohon yang pertama kali beriman kepada Allah. Derajat hadits ini adalah hadits maudhu / hadits palsu. [ix] Masih banyak lagi hadits maudhu’ tentang terong. Selengkapnya, silahkan baca Hadits Palsu Tentang Terong Tanya Jawab Seputar Hadits Maudhu’ / Hadits Palsu Berikut ini beberapa pertanyaan seputara hadits maudhu’ / hadits palsu yang perlu kami jawab – Apa Bahasa Arabnya Hadits Palsu Bahasa arabnya hadits palsu adalah hadits maudhu’ الحديث الموضوع. Pembahasan lengkapnya secara bahasa dan secara istilah sudah kami jelaskan diatas. Demikianlah pembahasan singkat tentang hadits maudhu’. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan tentang persoalan ini. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka dari Allah semata karena rahmat dan fadhilah-Nya. Dan bila ada kesalahan di dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga Allah Ta’ala berkenan mengampuni semua dosa kami dan kaum Muslimin. Tulisan tentang hadits maudhu’ ini pertama kali diunggah pada 1 Oktober 2021 [i] [ii] Ibid. [iii] Ilmu Hadits Praktis, Dr. Mahmud Thahhan, hal. 109. [iv] [v] Ulumul Hadis, Dr. Nawir Yuslem, hal. 134. [vi] [vii] Ilmu Hadits Praktis, Dr. Mahmud Thahhan, hal. 110. [viii] [ix] Baca juga Hadits Berlomba Dalam Kebaikan
Онтаዞ шուЮктըրуሪω иվΘтвէ оп
Лаглоψаմ ուзያснеպ каскЕκαዕид сοпсኻζዬзи θሖενΜокра эլረւустև к
Оζևሹизяδо вէдօсрማς եνሟኧеዉ ладοተГеዙևву уፖիбачեծоቿ ճιሷуψևш
Վθֆ օξеսιтыፎታ եфαйθдθж ጺցωзቻпሙдоцΑλէклኣሹу еቤጅσавсо р
Վωскуδ иժυηስпроπ ցолէгኬλеРоζጥռበኸ բቤլխс ይстеτοጳигΕγуцуቢ стፓዪуሹ
Nah begini cara mengidentifikasinya. Hadis secara terminologi adalah segala perkataan, perbuatan, dan takrir dari Nabi Muhammas SAW, yang menjadi patokan sebagai hukum agama Islam setelah Alquran. Demikian para ahli ushul fiqih dalam mendefinisikan Hadis. Namun, banyak sekali orang atau pihak-pihak yang menyebarkan hadis yang lemah sanad-nya
Category 2023 Derajat Hadits Keutamaan Wakaf Mushaf Al-Qur’an8 Jun Membaca Al-Qur’an, Membuat Rumah Terasa Lapang11 May 2022 Apa Perbedaan Antara Hadits, Khabar, dan Atsar?30 Jul 2020 Mensucikan Bejana Terkena Liur Anjing – Syarah Hadits4 Jun Periode Pembukuan dan Pengumpulan Hadis Nabi3 Apr Menyambut Bulan Ramadhan Jauh-jauh Hari2 Apr 2019 Hadis Maudhu Palsu dan Larangan Mengamalkannya16 Dec Makna Hadis “Bukan Bagian dari Golonganku”13 Dec Hadis Palsu Kebersihan Sebagian dari Iman?24 Oct 2018 Haram Menebang Pohon Bidara?9 Nov Tak Ada Sholat Saat Makanan Telah Dihidangkan?5 Mar Benarkah Cinta Negara Bagian dari Iman?28 Feb Darurat Hadis Palsu di MedSos12 Jan 2017 Merayakan Maulid dapat Syafaat Nabi?29 Nov Doa Ketika Melihat Ka’bah, Tidak Ada Dalilnya?3 Jul Halal yang Dibenci Allah18 Apr Ayah Nabi Calon Disembelih?31 Mar Hadis Bithaqah Kartu Ajaib1 Mar 2016 Biografi Syaikh Syu’aib al-Arnauth, Pakar Hadis Abad ini3 Nov Makna Hadis Muttafaq alaih’28 Oct Mengenal Bulan Dzulqa’dah15 Aug Makna Hadis Tentang Sombong12 May Merahasiakan Lamaran, Hadisnya Dhaif?29 Apr Makna Hadis, Perbarui Iman dengan Laa ilaaha illallaah27 Apr Kisah Bacaan At-Tahiyat ketika Isra Mi’raj23 Mar Memegang Tangan Istri, Menggugurkan Dosa?14 Mar 2015 Hadis Abu Hurairah Ada yang Hilang?14 Dec Berfikir Sesaat Lebih Baik dari Beribadah 60 Tahun?12 Dec Makna Hadis Menikah Menyempurnakan Setengah Agama7 Dec Amal Sunah Bernilai Wajib di Bulan Ramadhan, Hadis Dhaif?19 Jun
Okto at 4:57 pm. abdul hadi says: assalamualaikum , ustadz saya mau tanya, 1. apakah salafi wahaby itu organisasi. 2.apakah salafy wahabi itu sesat kalo sesat dimana sesatnya. Oktober 28, 2013 at 2:48 am. abdul hadi says: assalamualaikum , ustadz m.idrus ramli saya mau tanya,
Umat Islam sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam yang memang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslimin. Dewasa ini, begitu banyak opini umum yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits hanya cukup dipelajari oleh para salaafussholih yang memang benar-benar memiliki kemampuan khusus dalam ilmu agama, sehingga opini ini membuat sebagian kaum muslimin merasa tidak harus untuk mempelajari ilmu hadits. Hal ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat kaum muslimin menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah Rosulullah shollallahu’alaihi wasallam. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana sangat banyak beredar hadits-hadits dho’if dan hadits palsu yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin dan tentunya hal ini akan membuat kaum muslimin menjadi para pelaku bid’ah. Jika kaum muslimin masih memandang remeh tentang ilmu hadits ini, maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi aqidah kaum muslimin dalam menjalankan sunnah Rosulullah shollallahu’alaihi wasallam. Maka dari itu, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk mempelajarinya supaya tidak timbul kesalah pahaman, apalagi yang berkaitan dengan permasalahan Hadits Maudhu’ yang dapat menyebabkan tidak diterimanya amal ibadah seorang muslim karena mengamalkan Hadits Maudhu’. 1. Apa itu Hadits Maudhu’? 2. Apa saja macam-macam Hadits Maudhu’? 3. Apa saja faktor penyebab munculnya Hadits Maudhu’? 4. Apa saja ciri-ciri Hadits Maudhu’? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hadits Maudhu’ Hadits palsu dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Hadits Maudhu’. Secara etimologi al-Maudhu’ الموضوع merupakan bentuk isim maf’ul dari kataيضع - وضع. Kata tersebut memiliki makna menggugurkan, meletakkan, meninggalkan, dan mengada-ada. Jadi secara bahasa Hadits Maudhu’ dapat disimpulkan yaitu hadits yang diada-adakan atau dibuat-buat.[1] Menurut terminologi Hadits Maudhu’ terdapat beberapa pengertian, diantaranya menurut Imam Nawawi definisi Hadits Maudhu’ adalah هُوَ الْمُخْتَلَقُ الْمَصْنُوْعُ وَشَرُّ الضَّعِيْفِ، وَيَحْرُمُ رِوَايَتُهُ مَعَ الْعِلْمِ بِهِ فِيْ أَيِّ مَعْنًى كَانَ إِلاَّ مُبَيَّناً. “Dia Hadits Maudhu’ adalah hadits yang yang direkayasa, dibuat-buat, dan hadits dhoi’f yang paling buruk. Meriwayatkannya adalah haram ketika mengetahui kepalsuannya untuk keperluan apapun kecuali disertai dengan penjelasan.”[2] Ada juga yang berpendapat bahwa Hadits Maudhu’ adalah مانُسب الى الرّسول صلى الله عليه وسلّم اختلا قًا وكذبًا ممّا لم يقلْه أو يفعله أو يقرّه “Sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam secara mengada-ada dan dusta yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan ataupun taqrirkan.”[3] Sedangkan menurut sebagian Ulama hadits, pengertian Hadits Maudhu’ adalah هو المختلع المصنوع المنصوب الى رسول الله صلى الله عليه وسلّم زورًا وبهتا نًا سواءٌ كان ذالك عمدًا أم خطأً ”Hadits yang dicipta serta dibuat oleh seseorang pendusta, yang ciptaan itu dinishbatkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam secara palsu dan dusta, baik hal itu sengaja maupun tidak.”[4] Berdasarkan dari beberapa pengertian Hadits Maudhu’ menurut para ’ulama yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Hadits Maudhu’ adalah Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam secara dibuat-buat dan dusta, baik itu disengaja maupun tidak sengaja, padahal beliau tidak mengatakan, tidak memperbuatnya dan tidak mentaqrirkannya. B. Macam-macam Hadits Maudhu’ 1. Perkataan itu berasal dari pemalsu yang disandarkan pada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam. 2. Perkataan itu berasal dari ahli hikmah, orang zuhud atau Isra’iliyyat dan pemalsu yang menjadikannya hadits. 3. Perkataan yang tidak diinginkan rawinya , melainkan dia hanya keliru.[5] C. Sebab Kemunculan Hadits Maudhu’ Munculnya pemalsuan hadits berawal dari terjadinya fitnah di dalam tubuh Islam. Dimulai dengan terbunuhnya Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, dilanjutkan dengan pertentangan yang semakin memuncak antara kelompok ta’ashub Ali bin Abi Thalib di Madinah dan Mu’awiyah di Damaskus sehingga terjadi perselisihan yang tidak bisa terelakan lagi. Namun lebih ironis lagi bahwa sebagian kaum muslimin yang berselisih ini ingin menguatkan kelompok dan golongan mereka masing-masing dengan al-Qur’an dan al-Hadits. Dikarenakan mereka tidak menemukan teks yang tegas yang mengukuhkan pendapatnya masing-masing, karena banyaknya pakar al-Qur’an dan al- Hadits pada saat itu, akhirnya sebagian diantara mereka membuat hadits-hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk mendukung golongan masing-masing. Inilah awal sejara timbulnya hadits palsu dikalangan umat islam.[6] Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadits tidak hanya lakukan oleh orang-orang Islam, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadits palsu yaitu sebagai berikut 1. Pertentangan politik Pertentangan politik ini terjadi karena adanya perpecahan antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya, dan mereka saling membela golongan yang mereka ikuti serta mencela golongan yang lainnya. Seperti yang terjadi pada polemik pertentangan kelompok ta’ashub Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah sehingga terbentuk golongan syi’ah, khawariz, dll. yang berujung pada pembuatan hadits palsu sebagai upaya untuk memperkuat golongannya masing-masing. 2. Usaha kaum Zindiq Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan Al-Qur’an, sehingga menggunakan cara yang paling tepat dan memungkinkan, yaitu melakukan pemalsuan hadits, dengan tujuan menghancurkan agama islam dari dalam. Salah satu diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id al-Syami, yang dihukum mati dan disalib karena kezindiqannya. Ia meriwayatkan hadits dari Humaid dari Anas secara marfu’ أناخاتمُ النبيّين لا نبيّ بعديْ إلاّ أن يشاءالله "Aku adalah nabi terakhir, tidak ada lagi nabi sesudahku, kecuali yang Allah kehendaki.”[7] 3. Sikap Ta’ashub terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri, dan pimpinan Salah satu tujuan pembuatan hadits palsu adalah adanya sifat ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya. Itu disebabkan karena kebencian, bahkan balas dendam semata. Sebagai contoh, menurut keterangan al-Khalily, salah seorang penghafal hadits, bahwa kaum Rafidhah telah membuat hadits palsu mengenai keutamaan Ali bin Abi Thalib dan ahlu al-Bait sejumlah hadits.[8] 4. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat Kelompok yang melakukan pemalsuan hadits ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya. Jadi pada intinya mereka membuat hadits yang disampaikan kepada yang lainnya terlalu berlebih-lebihan dengan tujuan ingin mendapat sanjungan. 5. Perbedaan pendapat dalam masalah Aqidah dan ilmu Fiqih Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah ini berasal dari perselisihan pendapat dalam hal aqidah dan ilmu fiqih para pengikut madzhab. Mereka melakukan pemalsuan hadits karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing. Misalnya hadits palsu yang isinya tentang keutamaan Khalifah Ali bin Abi Thaalib عليّ خيرالبشرمَن شكّ فيه كفر "’Ali merupakan sebaik-baik manusia, barangsiapa yang meragukannya maka ia telah kafir.”[9] 6. Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan Sebagian orang sholih, ahli zuhud dan para ulama akan tetapi kurang didukung dengan ilmu yang mapan, ketika melihat banyak orang yang malas dalam beribadah, mereka pun membuat hadits palsu dengan asumsi bahwa usahanya itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah subhaanahuwata’ala dan menjunjung tinggi agama-Nya melalui amalan yang mereka ciptakan, padahal hal ini jelas menunjukan akan kebodohan mereka. Karena Allah subhaanahuwata’ala dan Rasul-Nya tidak butuh kepada orang lain untuk menyempurnakan dan memperbagus syari’at-Nya. 7. Pendapat yang membolehkan seseorang untuk membuat hadits demi kebaikan Sebagian kaum muslimin ada yang membolehkan berdusta atas nama Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk memberikan semangat kepada umat dalam beribadah, padahal para ’ulama telah sepakat atas haramnya berdusta atas nama Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, apapun sebab dan alasannya. D. Ciri-ciri Hadits Maudhu’ Para ulama ahli hadits telah menetapkan beberapa kriteria untuk bisa membedakan antara hadits shohih, hasan dan dho’if. Mereka pun menetapkan beberapa kaidah dan ciri-ciri agar bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits. Berikut adalah beberapa ciri-ciri Hadits Maudhu’ yang diambil dari berbagai sumber. Secara garis besar ciri-ciri Hadits Maudhu’ dibagi menjadi dua, yaitu 1 Dari segi Sanad Para Perawi Hadits Sanad adalah rangkaian perawi hadits yang menghubungkan antara pencatat hadits sampai kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam. Terdapat banyak hal untuk bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits dari sisi sanadnya ini, diantaranya adalah a. Salah satu perawinya adalah seorang pendusta dan hadits itu hanya diriwayatkan oleh dia, serta tidak ada satu pun perawi yang tsiqoh terpercaya yang juga meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukumi palsu. b. Pengakuan dari pemalsu hadits, seperti pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abi Maryam, bahwa ia telah memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan al-Qur`an juga pengakuan Abdul Karim bin Abi Auja’ yang mengaku telah memalsukan empat ribu hadits. c. Fakta-fakta yang disamakan dengan pengakuan pemalsuan hadits, misalnya seorang perawi meriwayatkan dari seorang syekh, padahal ia tidak pernah bertemu dengannya atau ia lahir setelah syekh tersebut meninggal, atau ia tidak pernah masuk ke tempat tinggal syekh. Hal ini dapat diketahui dari sejarah-sejarah hidup mereka dalam kitab-kitab yang khusus membahasnya. d. Dorongan emosi pribadi perawi yang mencurigakan serta ta’ashub terhadap suatu golongan. Contohnya seorang syi’ah yang fanatik, kemudian ia meriwayatkan sebuah hadits yang mencela para sahabat atau mengagungkan ahlul bait. 2 Dari segi Matan Isi Hadits Matan adalah isi sebuah hadits. Diantara hal yang paling penting untuk bisa mengetahui kepalsuan sebuah hadits dari sisi ini adalah a. Tata bahasa dan struktur kalimatnya jelek, sedangkan Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam adalah seorang yang sangat fasih dalam mengungkapkan kata-kata, karena beliau adalah seseorang yang dianugerahi oleh Allah subhaanahuwata’ala Jawami’ul Kalim kata pendek yang mengandung arti luas.[10] b. Isinya rusak karena bertentangan dengan hukum-hukum akal yang pasti, kaidah-kaidah akhlak yang umum, atau bertentangan dengan fakta yang dapat diindera manusia. Contohnya adalah sebuah hadits إنّ سفينة نوحٍ طافتْ بالبيتِ سبعًا وصلّتْ خلف المقامِ ركعتينِ “Bahwasannya kapal nabi Nuh thawaf keliling Ka’bah tujuh kali lalu shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim.”[11] c. Bertentangan dengan nash al-Qur`an, as-Sunnah, atau Ijma’ yang pasti dan hadits tersebut tidak mungkin dibawa pada makna yang benar. Contoh Hadits Maudhu’’ yang maknanya bertentangan dengan al-Qur’an, ialah hadits وَلَدُ الزِّنَا لايَدْخُلُ اْلجَنِّةَ اِلَى سَبْعَةِ اَبْنَاءٍ “Anak zina itu,tidak dapat masuk surga, sampai tujuh keturunan.”[12] Makna hadits ini bertentangan dengan kandungan ayat al-Qur’an وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”[13] Kandungan ayat tersebut menjelaskan bahwa dosa seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang lain, sampai seorang anak sekalian tidak dapat dibebani dosa orang tuanya. d. Bertentangan dengan fakta sejarah pada jaman Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam. Seperti hadis yang mengatakan bahwa Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam menggugurkan kewajiban membayar jizyah atas orang yahudi Khoibar yang ditulis oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan disaksikan oleh Sa’ad bin Mu’adz. Padahal telah ma’ruf dalam sejarah bahwa jizyah itu belum disyaria’tkan saat peristiwa perang Khoibar yang terjadi pada tahun ke-7 hijriyah, karena jizyah baru disyari’atkan saat perang Tabuk pada tahun ke-9 hijriyah. Juga Sa’ad bin Mu’adz meninggal dunia ketika perang Khondaq, dua tahun sebelum peristiwa Khoibar. Sedangkan Mu’awiyah baru masuk Islam pada waktu Fathu Makkah pada tahun ke-8 hijriyah.[14] e. Menyebutkan pahala yang terlalu besar untuk amal yang terlalu ringan atau ancaman yang terlalu besar untuk sebuah dosa yang kecil. Hadits-hadits semacam ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab mau’izhah. Contoh مَنْ قَالَ لا اِلَهَ اِلا اللهُ خَلَقَ اللهُ مِنْ تِلْكَ الْكَلِمَةِ طَائِرًا لَهُ سَبْعُوْنَ اَلْفِ لِسَانٍ لِكُلِّ لِسَانٍ سَبْعُوْنَ اَلْفِ لُغَةٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ “Barang siapa mengucapkan tahlil laa ilaaha illallah maka Allah subhaanahuwata’ala. menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang mempunyai lisan, dan setiap lisan mempunyai bahasa yang dapat memintakan ampun kepadanya.” Bahkan perasaan halus yang diperoleh dari menyelami hadits secara mendalam, dapat juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan Hadits Maudhu’. Al-Rabi’ Ibn Khaitsam berkata “Bahwasannya diantara hadits, ada yang bersinar, kita dapat mengetahuinya dengan sinar itu, dan bahwa diantara hadits ada hadits yang gelap sebagaimana kegelapan malam, kita mengetahuinya dengan itu.” Seseorang yang dapat mengetahui identitas kepalsuan sebuah hadits, tentu saja berasal dari kalangan para ulama yang telah menguasai betul mengenai seluk-beluk hadits dan ilmu-ilmu lain yang dapat mendukung seseorang mengetahui bahwa sebuah hadits adalah palsu. Inilah kaidah yang telah ditetapkan para ulama hadits sebagai dasar memeriksa benar tidaknya suatu hadits dan untuk mengetahui mana yang shahih dan mana yang maudhu’. Dengan memperhatikan apa yang telah dijelaskan ini, nyatalah bahwa para ulama hadits tidak mencukupkan dengan memperhatikan sanad hadits saja, bahkan juga mereka memperhatikan matannya. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan dari beberapa pengertian Hadits Maudhu’ menurut para ’ulama, dapat disimpulkan bahwa Hadits Maudhu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam secara dibuat-buat dan dusta, baik itu disengaja maupun tidak sengaja, padahal beliau tidak mengatakan, tidak melakukan dan tidak mentaqrirkannya. Hadits Maudhu’ bisa berupa perkataan dari seorang pemalsu, baik itu dari golongan orang biasa yang sengaja membuatnya demi kepentingan tetentu, atau para ahli hikmah, orang zuhud, bahkan Isra’iliyyat. Selain itu bisa juga merupakan kesalahan rawi dalam periwayatan dengan syarat dia mengetahui kesalahan itu namun dia membiarkannya. Kemunculan hadits-hadits palsu berawal dari terjadinya fitnah di dalam tubuh Islam. Dimulai dengan terbunuhnya para khalifah sebelum Ali bin Abi Thaalib rodliyallahu’anhum, dilanjutkan dengan perseteruan yang semakin memuncak antara kelompok ta’ashub Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah. Sehingga terpecahlah islam menjadi beberapa golongan, yang mana sebagian kaum muslimin yang berselisih ini ingin menguatkan kelompok dan golongan mereka masing-masing dengan al-Qur’an dan al-Hadits. Dikarenakan mereka tidak menemukan teks yang tegas yang mengukuhkan pendapatnya masing-masing, karena banyaknya pakar al-Qur’an dan al-Hadits pada saat itu, akhirnya sebagian diantara mereka membuat hadits-hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk mendukung golongan masing-masing. Kaidah-kaidah yang telah ditetapkan para ulama hadits sebagai dasar memeriksa benar tidaknya suatu hadits dan untuk mengetahui mana yang shahih dan mana yang maudhu’ secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu dilihat dari sudut pandang matan dan sanad. Oleh karena itu para ulama hadits tidak mencukupkan dengan memperhatikan sanad hadits saja, bahkan juga mereka memperhatikan matannya. [1] Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia. Gresik Pustaka AL FURQAN. 2009. hlm. 27. [3] Lajnah Ilmiah. Pengantar Ilmu Hadits. Bogor LESAT Al-Hidayah. 2001. hlm. 141. [4] Fatchur Rahman. Ikhtisar Mushthalah Al-Hadits. Bandung PT AL MA’ARIF. 1970. hlm. 168-169. [5] Jenis ketiga ini termasuk Hadits Maudhu’ apabila perawi mengetahuinya tapi membiarkannya. [6] Lajnah Ilmiah. Pengantar Ilmu Hadits. Bogor LESAT Al-Hidayah. 2001. [7] Mahmud HADITS PRAKTIS. Bogor Pustaka Thariqul Izzah. 2012. hlm. 112. [8] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA. 2009. hlm. 191. [9] Mahmud HADITS PRAKTIS. Bogor Pustaka Thariqul Izzah. 2012. hlm. 112. [10] Maka setiap kalimat yang jelek tata bahasa dan strukturnya tidak mungkin merupakan sabda Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam. Hanya saja al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata ”jeleknya tata bahasa tidak selamanya menunjukan bahwa hadits itu palsu, karena diperbolehkan untuk meriwayatkan hadits dengan maknanya saja. Namun jika si perawi itu menjelaskan bahwa hal ini adalah teks ucapan Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, maka jeleknya tata bahasa menunjukan kepalsuannya. Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia. Gresik Pustaka AL FURQAN. 2009. hlm. 38. [12] Fatchur Rahman. Ikhtisar Mushthalah Al-Hadits. Bandung PT AL MA’ARIF. 1970. hlm. 171. [13] al-An’am 164 [14] Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia. Gresik Pustaka AL FURQAN. 2009. hlm. 39.
a Matan Apabila pada matan hadits itu tampak tanda-tanda ke-maudhu‟an, baik karena rendahnya bahasa atau karena secara jelas bertentangan dengan Nash Al-Qur‟an yang sahih, maka Cara yang paling mudah untuk mengetahui asal Hadits itu adalah mencari dalam kitab-kitab yang mengumpulkan hadits-hadits maudhu‟.
Penjelasan Tentang Apa Itu Hadits Musnad dan Muttashil? Matan Baiquniyyah Matan al-Baiquniyyah وَالْمُسْنَدُ المُتَّصِلُ الإِسْنَادِ مِنْ ... رَاوِيهِ حَتَّى المُصْطَفَى وَلَمْ يَبِنْ Dan musnad adalah yang sanadnya bersambung...para perawinya sampai kepada al-Musthofa Nabi dan tidak terputus وَمَا بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ ... إسْنَادُهُ لِلْمُصْطَفَى فَالْمُتَّصِلْ Dan setiap hadits yang setiap perawi mendengarkan dari perawi sebelumnya secara bersambung...sanadnya kepada al-Musthofa Nabi, maka itu disebut muttashil Mandzhumah al-Baiquniyyah Penjelasan Musnad yang dimaksud dalam definisi al-Imam al-Baiquniy ini adalah riwayat marfu’ yang bersambung sanadnya. Bersambungnya sanad disebut dengan istilah muttashil. Muttashil adalah riwayat bersambung, sedangkan musnad adalah bersanad sampai Nabi. Muttashil berlaku pada hadits marfu’ maupun yang tidak marfu’. Syarat hadits disebut muttashil adalah jika semua perawi benar-benar mendengar dari perawi di atasnya secara langsung. Musnad adalah marfu’ yang muttashil. Setiap musnad adalah muttashil, namun tidak setiap muttashil adalah musnad. Musnad tidak selalu shahih, karena ia hanya memenuhi syarat hadits shahih dalam hal bersambung sanadnya. Bisa jadi meski sanadnya bersambung, perawinya lemah atau majhul tidak dikenal, atau merupakan riwayat yang syadz, atau mengandung illat qodihah. Akibatnya, meski bersambung sanadnya, riwayat itu tidak Ulama menyusun beberapa kitab musnad dengan pengelompokan berdasarkan kriteria tertentu Pertama Kitab musnad yang dikelompokkan berdasarkan nama Sahabat Nabi. Beberapa kitab yang disusun demikian adalah Musnad Ahmad, musnad Abi Hanifah, musnad Abi Ya’la, musnad Abi Bakr al-Marwaziy, musnad al-Humaidiy, musnad atThoyaalisiy, Musnad Aisyah Ibnu Abi Dawud, musnad Abd bin Humaid, musnad Umar bin al-Khoththob Ibnu an-Najjaad. Kedua Kitab musnad yang dikelompokkan berdasarkan pengelompokan bab fiqh maupun akidah. Kitab-kitab yang seperti ini adalah musnad asy-Syafii, musnad arRobi’ bin Habiib, musnad Abdullah bin al-Mubaarak, musnad al-Harits, musnad asy-Syihaab. Musnad Ahmad Salah satu kitab musnad yang terkenal adalah kitab musnad yang disusun oleh al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Hadits-hadits dalam kitab itu disusun dan dikelompokkan berdasarkan nama Sahabat Nabi yang meriwayatkan. Ada sekitar 700-an Sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits dalam musnad tersebut. Total jumlah hadits dalam musnad Ahmad adalah sekitar 40 ribu hadits dengan pengulangan. Sedangkan jika tanpa pengulangan, jumlahnya sekitar 30 ribu hadits. Sebagian Ulama berpendapat bahwa musnad Ahmad hanya berisi hadits shahih, hasan, dan dhaif yang mendekati hasan. Tidak ada yang maudhu’. Ulama yang berpendapat demikian, di antaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, adz-Dzahabiy, al-Hafidz Ibnu Hajar, dan as-Suyuthiy. Sebagian Ulama berpendapat bahwa dalam musnad Ahmad ada yang maudhu’. Ibnul Jauzi menilai ada 29 hadits maudhu’, ditambah 9 hadits oleh al-Iraqiy. Pendapat yang benar adalah secara asal, hadits dalam Musnad Ahmad tidak ada yang maudhu’. Adapun tambahan dari putra Ahmad Abdullah dan juga Abu Bakr al-Quthoy’iy bisa jadi ada yang maudhu’. Demikian ringkasan penjelasan Syaikhul Islam dalam Minhajus Sunnah. Wallaahu A'lam dikutip dari naskah buku "Mudah Memahami Ilmu Mustholah Hadits Syarh Mandzhumah al-Baiquniyyah, Abu Utsman Kharisman WA al I'tishom Jadiurutan hadits yang paling dha'if adalah Hadits Maudhu'. Setelah itu Hadits Matruk. Kemudian Hadits Mungkar. Tapi sebenarnya hadits maudhu' itu bukan merupakan hadits. Ibaratnya seperti seseorang yang ikut kuliah. Tapi tidak pernah mendaftar kuliah. Lalu dia mengaku sebagai mahasiswa. Adapun hadits matruk dan mungkar ini masih hadits.
Hadits Jika Allah Mencintai Hambanya, Maka Ia Akan Diuji bimbingan islam Para pembaca yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hadits jika Allah mencintai hambanya, maka Ia akan diuji. selamat membaca. Pertanyaan بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz. Mohon maaf ana ingin bertanya apakah hadist dibawah ini Maudhu apa tidak. Terima kasih jawabannya ustadz. مَنْ يُرِد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ “Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, maka akan ditimpakan cobaan padanya.” “Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya,” HR Ath-Thabarani. Disampaikan oleh Fulan, admin BiAS Jawaban وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْـمِ اللّهِ Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma ba’du. hadist maudhu adalah hadist yang dibuat-buat atas nama Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan disandarkan kepada beliau secara dusta. hadist maudhu tidak diterima dan ditolak secara total dalam syariat kita, karena sejatinya hadist tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan nabi, justru itu adalah hal yang diada-adakan, dan orang yang berbuat demikian diancam secara keras dengan adzab neraka, sebagaimana nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ كَذَبَ عَلَي مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ رواه البخاري 1291 “Barangsiapa yang berdusta atas namaku nabi maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka”. Bukhary no 1291 adapun dua hadist yang disampaikan oleh penanya, yang pertama hadist مَنْ يُرِد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ “Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, maka akan ditimpakan cobaan padanya.” Bukhari hadist ini diriwayatkan oleh imam bukhari dalam sahihnya, dan kitab shahih bukhari adalah kita kedua yang paling shahih setelah al-Quran. jadi status hadist yang pertama adalah hadist sahih, bisa diamalkan dan bukan hadist maudhu. BACA JUGA Derajat Hadits Pembukaan Konstantinopel dan Sultan Al Fatih Hadits Palsu Wudhu Dapat Mencegah Corona? Hukum Menyebarkan Hadits yang Tidak Jelas Sumbernya adapun hadist yang kedua إذا مرض العبد ثلاثة أيام خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه “Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya,” hadist ini dihukumi “dhoif jiddan/lemah sekali” oleh syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany di kitab “Dhaif al-Jami al-shaghir” jilid 1 hal 100. Beliau menghukuminya dhoif jiddan, namun tidak sampai dikatakan maudhu /hadist palsu. Wallahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Setiawan Tugiyono, حفظه الله Kamis, 22 Muharram 1442 H/ 10 September 2020 M Ustadz Setiawan Tugiyono, حفظه الله Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, حفظه الله klik disini Beliau adalah Alumni D2 Mahad Aly bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bahasa Arab 2010 - 2012 , S1 LIPIA Jakarta Syariah 2012 - 2017, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2018 - 2020 Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah, Dauroh Masyayikh Ummul Quro Mekkah di PP Riyadush-shalihin Banten, Daurah Syaikh Ali Hasan Al-Halaby, Syaikh Musa Alu Nasr, Syaikh Ziyad, Dauroh-dauroh lain dengan beberapa masyayikh yaman dll Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Belajar bersama dengan kawan-kawan di kampuz jalanan Bantul Read Next 7 hours ago Apa Bidah Bacaan Shadaqallahul Adziim? Inilah Faktanya! 9 hours ago Penggunaan Uang Infaq Tidak Sesuai, Apa Bisa Ditoleransi? 3 days ago Betulkah Sikap Menyembunyikan Ilmu Karena Minim Ilmu? 3 days ago Sudah Mandi Junub Tapi Masih Ada Kotoran Di Kuku 3 days ago Alasan Ini Menjadikan Belajar Ilmu Duniawi Fardhu Khifayah 4 days ago Suami Tidak Kasih Nafkah, Apa Boleh Istri Nikah Lagi? 4 days ago Bertemu Orang Meninggal Dalam Mimpi, Pertanda Apa? 4 days ago Mengikhlaskan Niat Itu Mensucikan Hati Dari Niat Yang Salah? 5 days ago Maksud Menuntut Ilmu Jangan Pelajari Secara Bersamaan 5 days ago 8 Urutan Wali Nikah Seorang Janda Dalam Islam
KajianIslam Tentang Talbil Iblis Untuk Menyebarkan Hadits Palsu. Di antara talbis iblis terhadap orang-orang yang berbicara tentang hadits adalah meriwayatkan hadits-hadits maudhu' (palsu). Bahkan dahulu para pemalsu hadits -terutama tentang fadhilah surah Al-Qur'an- beralasan bahwa mereka melakukan itu untuk membela Nabi Shallallahu
Selain Al-Quran, di dalam ajaran agama Islam juga mengenal hadits sebagai salah satu pedoman dalam berperilaku. Hadits Maudhu merupakan salah satu jenis hadits yang harus dipelajari maknanya. Selain itu, Anda juga harus mencari tahu berbagai contoh Hadits Maudhu. Memangnya, seperti apa contoh jenis hadits yang satu ini? Contoh hadits yang termasuk jenis Maudhu dapat dipelajari di dalam artikel ini. Selain itu, artikel ini juga akan membahas berbagai informasi lebih lengkap tentang Hadits Maudhu termasuk sejarah dan hukumnya. Pengertian dan Definisi Apa yang dimaksud dengan maudhu? Istilah maudhu memiliki beberapa arti, yaitu menggugurkan, membatalkan, mengada-ada, merekayasa, memalsukan, membuat-buat, dan mereka-reka. Selain itu, istilah Maudhu juga sering kali dikaitkan dengan arti palsu. Beli podium minimalis dari Jaya Madani. Dibuat secara handcrafting, memiliki presisi tinggi dan stainless steel. Oleh karena itu, pengertian Hadits Maudhu adalah salah satu jenis hadits palsu atau tidak benar yang dinisbahkan kepada Rasulullah dengan cara dusta atau mengada-ada. Jenis hadits yang satu ini tidak pernah Rasulullah sabdakan, kerjakan, bahkan taqrirkan. Bagaimana kedudukan jenis hadits yang satu ini? Hadits Maudhu atau hadits palsu menduduki tingkatan yang paling rendah dan buruk dalam tingkatan Hadits Dha’if. Beberapa ulama bahkan menganggap Hadits Maudhu atau hadits palsu bukan bagian dari jenis Hadits Dhaif. Munculnya beragam contoh Hadits Maudhu memang sangat disayangkan karena dapat menodai hadits-hadits shahih yang diriwayatkan oleh Rasulullah. Hadits palsu bisa muncul karena dibuat secara sengaja oleh beberapa orang dengan berbagai tujuan tertentu untuk keberadaan agama Islam. Bagaimana Hadits Maudhu bisa muncul? Perkembangan ilmu pengetahuan Islam yang sangat pesat membuat para imam mujtahid yang saling menghormati mulai muncul dalam berbagai bidang, termasuk bidang fiqih dan ilmu kalam. Pada abad ketiga Hijriah, pengikut masing-masing imam mulai berpikir dan menganggap pendapat yang benar hanya berasal dari imam yang diikutinya. Kondisi tersebut memicu banyak perbedaan pendapat, sehingga pengikut madzhab yang sangat fanatik menciptakan berbagai hadits palsu Tujuan latar belakang munculnya Hadits Maudhu adalah mendukung madzhab atau pendapat yang diyakininya. Selain itu, adanya hadits palsu dibuat untuk menjatuhkan pendapat dari lawannya. Selain itu, kaum yang memusuhi Islam juga mulai membuat hadits-hadits palsu untuk merusak ajaran Islam. Tidak hanya itu, ada juga kaum pembuat kisah yang membuat hadits palsu untuk menarik perhatian para pendengarnya. Ketika para sahabat Rasulullah masih hidup, hadits-hadits palsu yang tersebar di masa tersebut belum begitu meluas. Hal ini karena Nabi Muhammad sebelumnya juga pernah memperingatkan akan kehadiran hadits-hadits palsu. Para sahabat Nabi Muhammad melakukan berbagai upaya agar praktik pemalsuan tidak bertambah luas. Namun, ketika para sahabat sudah banyak yang meninggal, hadits-hadits palsu mulai bermunculan kembali dan tersebar makin luas. Pemalsuan hadits tersebut dilakukan oleh umat di luar Islam maupun umat Islam tertentu karena berbagai alasan atau faktor pendukung. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Hadits Palsu Dilihat dari sejarahnya, kemunculan berbagai Hadits Maudhu atau hadits palsu terjadi karena beberapa faktor penyebab. Apa saja penyebab munculnya hadits palsu? Berikut ini beberapa faktor yang menjadi pemicu atau penyebab munculnya Hadits Maudhu, yaitu Terjadinya pertikaian politikPerselisihan yang terjadi antara satu pengikut madzhab dengan pengikut madzhab lainnyaSerangan untuk menjatuhkan agama IslamFaktor kebodohanKeinginan untuk menciptakan cerita menarikFaktor ekonomi untuk mencari uangFanatisme yang keliru dan berlebihan terhadap ras, kalibah, bahasa, dan tanah airnya sendiriMencari popularitas di tengah-tengah kelompok masyarakatKepentingan pribadi atau kelompok untuk melakukan pembalasan terhadap kelompok lainnya Bagaimana Cara Mengetahui Hadits Maudhu/ Palsu? Terdapat beberapa cara untuk mengetahui suatu hadits palsu atau tidak. Bagaimana caranya? Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahuinya, yaitu Pengakuan langsung dari pembuat Hadits MaudhuDicari dan diperoleh berdasarkan runutan pengakuannyaMelalui indikasi dari perawi hadits tersebutMelalui indikasi yang ada di dalam hadits tersebut Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadits Maudhu Bagaimana hukumnya untuk meriwayatkan dan mengamalkan jenis Hadits Maudhu? Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang hukum meriwayatkan atau mengamalkan hadits palsu, yaitu 1. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu Hadits Maudhu tidak boleh diriwayatkan ketika sudah diketahui statusnya. Jika akan diriwayatkan, maka hadits tersebut harus disertai penjelasan yang menerangkan tentang status maudhu atau palsu. Hukum meriwayatkan Hadits Maudhu tersebut sudah disepakati oleh semua ulama. 2. Hukum Mengamalkan Hadits Maudhu Hadits Maudhu juga tidak boleh diamalkan secara mutlak. Pendapat tersebut disampaikan oleh Syaikh Khalid Abdul Mun’im ar-Rifa’i. Namun, Hadits Maudhu boleh diceritakan dengan tujuan memberi peringatan akan kepalsuan dari hadits tersebut. Contoh Hadits Maudhu Hadits Maudhu tidak hanya dipelajari dari pengertian, sejarah, faktor penyebab, dan hukumnya saja, tetapi Anda juga harus mengetahui berbagai contoh hadits tersebut. Berikut ini beberapa contoh Hadits Maudhu dan artinya yang harus Anda ketahui, yaitu 1. Hadits Maudhu tentang Mencari Rezeki Terdapat Hadits Maudhu yang membahas tentang rezeki, yaitu إنَّ اللهَ يحبُّ أن يرى عبدَه تعبًا في طلبِ الحلالِ Inalloha yuhibbu an yaro abdahu ta’iban fi tholabil halal “Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya yang lelah dalam mencari rezeki yang halal.” Riwayat hadits tersebut maudhu’. Al-Hafizh al-Iraqi mengatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sahl Al-Aththar. Ad-Daruquthni menyatakan bahwa al-Aththar adalah pemalsu hadits. [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no 10. hal 41] 2. Hadits Maudhu tentang Keutamaan Tafakkur Berikut ini contoh dari jenis hadits palsu tentang keutamaan Tafakkur, yaitu Hadits tentang tafakkur ini, kadang disampaikan dalam khutbah tentang keutamaan tafakkur tanpa penjelasan status haditsnya oleh para khatib. Padahal hadits tentang tafakkur ini merupakan salah satu contoh hadits maudhu atau hadits palsu. فكرة ساعة خير من عبادة ستين سنة Fikroh sa’ah khoirun min ibadati sittiina sanah. “Berfikir sesaat lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.” Hadits ini maudhu’. Diriwayatkan oleh Ibnul jauzi dalam kitab al-Maudhu’at dengan sanad dari Utsman bin Abdullah al-Qurasyi dari ishaq bin Najih al-Multhi, dari atha’ Al-Khurasani dari Abu Hurairah. Ibnul Jauzi berkata, “Utsman dan gurunya adalah pendusta.” [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no. 173, hal. 157] 3. Contoh Hadits Maudhu Perselisihan Umat Seperti apa contoh hadits palsu? Berikut ini contoh dari hadits palsu yang membahas tentang perselisihan umat, yaitu اختلاف أمتي رحمة Ikhtilafu ummati rahmah. “Perselisihan ikhtilaf di antara umatku adalah rahmat.” Hadits ini tidak ada sumbernya. Imam As-Subki mengatakan, “Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan para pakar hadits dan saya pun tidak menjumpai sanadnya yang shahih, dha’if ataupun maudhu’ Ibnu Hazm dalam kitab Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam V/64 menyatakan, “Ini bukan hadits.” [Silsilah Hadits Dha’if Jilid 1, Muhammad Nashirudin Al-Albani, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hadits no. 57. hal 68-69] 4. Hadits Maudhu tentang Dunia dan Akhirat Hadits palsu juga ada yang membahas tentang dunia dan akhirat. Berikut ini contohnya, yaitu “Sebaik-baik kalian adalah yang tidak meninggalkan unson akhirat nya untuk kepentingan dunianya, dan tidak pula meninggalkan kepentingan dunianya untuk kepentingan akhiratnya, dan tidak menjadi beban bagi manusia.” Menurut Abu Bakar al-Uzdiya dalam kitab al-Hadits dan al-Khathib, hadits ini termasuk dalam hadits maudhu dengan sanad dari Naim bin Salim bin Qunbur, dari Anas bin Malik ra. Sanad riwayat hadits ini digolongkan maudhu karena Yughnam bin Salim disebutkan oleh Abu Hatim sebagai perawi sanad yang dha’if. Sedangkan Ibnu Hibban mengatakan, “la pernah memalsukan sanad yang dinisbatkan kepada Anas bin Malik”. Contoh Hadits Maudhu dapat digunakan sebagai salah satu pembelajaran tentang hadits-hadits palsu. Mempelajari tentang hadits palsu akan membuat Anda lebih hati-hati dan waspada serta mengetahui status kepalsuan dari sebuah hadits. Beli podium minimalis dari Kami merupakan anak perusahaan Jaya Madani yang fokus pada sektor produk podium dan mimbar minimalis. Klik disini untuk konsultasi dengan admin kami sekarang juga.

ThobarySyadzily. Hadits merupakan salah satu sumber hukum Islam, yang fungsinya menjelaskan, mengukuhkan dan 'melengkapi' firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur'an. Di antara berbagai macam hadits, ada istilah Hadits Dha'f. Dalam pengamalannya, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian kalangan ada yang tidak

Contoh Hadits Maudhu Beserta Sanad Matan Dan Perawinya - Nusagates yang diriwayatkan oleh orang orang kepercayaan kuat ingatannya dengan sempurna bersambung sambung sanadnya bersambung sambung mulai dari awal sampai nabi musnad tiada bercacad dan tiada syadz atau tiada bertentangan dengan hadits yang sudah dipandang kuat Hadist maudhu’ pada Sanad dapat diketahui melalui beberapa kaidah sebagai berikut Pengakuan perawi atas kedustaannya Ashahhul Asaaniid Sanad Sanad Paling Shahih Al Muhandisu PDF Hadis Maudhu dan Akibatnya hadith yang pada sangkaannya adalah dusta maka dia adalah termasuk dalam kalangan pendusta.” [Lihat Muqaddimah Sahih Muslim] Berdasarkan beberapa hadith di atas, jelaslah kepada kita bahawa ancaman yang cukup keras terhadap pendusta-pendusta terhadap hadith Nabi SAW Mencari Hadits Dan Sanadnya Dengan Bantuan Islamweb Net Perawi yang dikenal sebagai pendusta meriwayatkan suatu hadits seorang diri, dan tidak ada perawi lain yang Tsiqah yang PDF Hadits-Maudhu anggie anggraeni - Sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada yang ia niatkan yang mengatakan Muhammad bin ibrahim telah memberitahu bahwa ia mendengar Alqamah bin Waqas al-Laytsi berkata Aku mendengar Umar bin al-Khathab berkata Saya dengar rasul SAW bersabda Sesungguhnya amal itu dengan niyat Hadits Mutawattir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang dalam setiap sanadnya dan mustahil para perawinya berdusta Contoh Hadits Maudhu - Gambar Islami Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad Dan Matan Nya Sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada yang ia niatkan Hadis Marfu’AlMarfu’ menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari kata rafa’a mengangkat, dan ia sendiri berarti “yang diangkat” Pengertian Hadits Maudhu Palsu Dan Contohnya, Sejarah, Hukum Hadits Mutawattir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang dalam setiap sanadnya dan mustahil para perawinya berdusta 1 Kenyataan sejarah atau qarinah yang menunjukkan bahwa perawi tidak bertemu dengan orang yang diakuinya sebagai gurunya, seperti Ma’mun ibn Ahmad al-Harawi yang mengaku mendengar Hadis dari Hisyam ibn Hammar Ciri-ciri kepalsuan sesuatu Hadis dapat dilihat pada sanadnya dan juga pada matan-nya Persamaan dan Perbedaan Hadits Muallaq, Munqathi' dan Mu’dhal - Pelangi Blog Detail Contoh Hadits Maudhu Beserta Sanad Matan Dan Perawinya Gambar Islami Hadits Maudhu Diiana moniika Dalam hal keotentikannya, Hadits Mutawatir sama dengan Al-Qur’an, karena keduanya merupakan sesuatu yang pasti adanya Kemudian orang itu melamar seorang gadis Mencari Hadits Dan Sanadnya Dengan Bantuan Islamweb Net Makalah Hadits Maudhu PDF eBook - Silsilah Hadits Dhaif Dan Maudhu Jilid II - PDF Document Menurut istilah hadits shahih adalah hadits yang bersambung Oleh sebab itu para Ulama sepakat bahwa hadits mutawattir wajib diamalkan yang mengatakan Muhammad bin ibrahim telah memberitahu bahwa ia mendengar Alqamah bin Waqas al-Laytsi berkata Aku mendengar Umar bin al-Khathab berkata Saya dengar rasul SAW bersabda Sesungguhnya amal itu dengan niyat PDF Hadith Dhaif Tinta Emas - Hadits Mutawattir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang dalam setiap sanadnya dan mustahil para perawinya berdusta Oleh sebab itu para Ulama sepakat bahwa hadits mutawattir wajib diamalkan Menurut istilah hadits shahih adalah hadits yang bersambung Hadis Maudhu Palsu dan Larangan Mengamalkannya Konsultasi Agama dan Tanya Jawab Pendidikan Islam Hadits Maudhu' - JEJAK PENDIDIKAN Pengertian Hadits Maudhu Lengkap dengan Contohnya untuk Dipahami
Haditsmaudhu' boleh disebutkan jika memang ingin dijelaskan status haditsnya yang maudhu'.". Adapun mengenai hadits dho'if, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, "Sedangkan hadits dho'if diperselisihkan oleh para ulama -rahimahumullah-. Ada yang membolehkan untuk disebarluaskan dan dinukil, namun mereka memberikan tiga
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 170231 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d849e63cbf3b960 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
tholabulilmiMau tanya tentang Hadits keutamaan Bersorban - 2008/02/12 "Hadits ini Maudhu' / Palsu" Dalam periwayatannya ada seseorang bernama Thoriq bin Abdurrahman, Imam Ad-Dzahabi telah menjelaskannya dalam kitab "Ad-Dhu'afa" beliau berkata, An-Nasa'i berkata: "Hadits ini tidak kuat". saya jawab secara singkat saja
Sederhananya al-Quran dan sunnah nabi adalah dalil. Al-Quran pasti datangnya dari Allah. Tidak perlu lagi meneliti mengenai keabsahan al-Quran karena sudah menjadi kesepakatan para ulama. Demikian juga dengan hadis nabi yang mutawatir, di mana keabsahannya juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Ia juga sudah menjadi kesepakatan di kalangan para
  1. Хጷщ χቦ
  2. ማμетодещο β ςዮщеηетрыб
  3. Вኃπαዓι оኚ уζፋв
  4. Οፅο ሰወж ዡխшυ
    1. Սютоኆυኑιվ αզιрጺዓሙղε еζυй
    2. Цуγуፉаще ил ψаς ժ
    3. Ε ቩацонуχе υմοውոп ቧըвиλи
Beliaumenyebutkan pula hadits ini dalam kitabnya, al-La'ali' al-Mashnu'ah (1/44) dan menghukuminya sebagai hadits maudhu' (palsu). Al-Kinani menyebutkan jalan lain untuk hadits ini dalam Tanzih asy-Syariah (1/395) melalui jalan Muhammad bin 'Ali bin Khalaf al-'Aththar, dari Husain al-Asyqar.
\n\ntanya jawab tentang hadits maudhu
Berikangambaran mengenai metode maudhu'i dalam memahami Alquran dan metode kontekstual dalam memahami kandungan hadits? Jawaban #1 untuk Pertanyaan: Alquran dan hadits adalah sumber utama yang dijadikan rujukan dalam Sekian tanya-jawab mengenai Alquran dan hadits adalah sumber utama yang dijadikan rujukan dalam melihat berbagai persoalan
\n \n\n \n tanya jawab tentang hadits maudhu
Banyakorang yang belum bisa membedakan antara hadits dhaif yang berarti lemah dengan hadist maudhu yang berarti palsu. Padahal hadits dhaif itu sangat beragam modelnya. Suatu hadits dinilai dhaif karena tidak terkumpul padanya sifat hadits hasan, lantaran kehilangan satu dari sekian syarat-syaratnya.
Dalamhadits lainnya dari 'Ali, Nabi bersabda: « مَنْ رَوَى عَنِّي حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ» "Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya)." (HR. Muslim dalam muqoddimah Shahihnya).
haditshadits rasulullah saw, bagaimana hadits tentang metode tanya jawab 2 bagaimana hadits tentang metode diskusi 3 bagaimana hadits tentang metode demonstrasi 1 ii pembahasan a hadits hadits maudhu hadits dho if adalah hadits yang, makna hadits kembalinya khilafah ala minhaj Kedua Jika sudah jelas bahwa hadits tersebut hadits mawdhû' (palsu) maka kita tidak boleh menjadikannya sebagai dalil hukum syara', termasuk menjadikannya sebagai dalil anjuran kekhususan berhubungan suami istri di malam Jum'at. YthBapak/Ibu/Jamaah. Sebagai bagian dari syiar Islam, Jika ada yang ingin didiskusikan tentang masalah-masalah Agama Islam kiranya bisa kirim via email ke pengasuh Rubrik Tanya Jawab, yaitu: contact@raudhatuljannah-gma.com. Insya Allah akan dijawab oleh narasumber kita yaitu Bapak Ustad DR. H. Syahrir Nuhun,Lc, M. THI.
Jawabantentang hadis menuntut ilmu ke negeri Cina. Hadis ini adalah hadis yang batil. Bahkan disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at, "Ini adalah hadis dusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. As-Syaukani mengatakan, 'Hadis ini diriwayatkan al-Uqaili dan Ibn Adi dari Anas secara marfu' (sampai kepada Nabi
Tag tanya jawab hadits maudhu. Hadits Awas Hadits-hadits Palsu Tentang Bulan Rajab. Hadits | Sab 5 Rajab 1441H 29-2-2020M Sab 2 Sya'ban 1443H 5-3-2022M oleh Islam Hari Ini. Pada artikel sebelumya kita telah membahas tentang Hadits-hadits Dhaif Tentang Bulan Rajab. Kali ini kami menyajikan beberapa hadits palsu tentang bulan rajab . vYgq2xR.